Pages

Monday, June 9, 2014

Yogyakarta - Memikat di Setiap Sudut (I)

Yogyakarta, 28 Mei 2014, pagi hari

Sekali lagi mata ini tertipu mengira hari sudah siang, ternyata masih jam 6 lebih. Aku bangkit dan menatap ke jendela kecil panjang di samping. Jalanan masih sepi, hanya satu dua becak dayung yang melintas jalanan. Lutut kaki terasa sakit karena luka dan semalam duduk di mobil selama 7 jam. Tapi akhirnya berhasil juga berjalan sampai ke kamar mandi. Selesai mandi, saya kembali duduk di ranjang dan mulai menyusun rencana perjalanan hari ini.

7.30, saya mengunci pintu kamar dan turun dua lantai menuju pintu keluar. Akhirnya, untuk pertama kali dalam hidup saya mencoba menjadi 'solo traveler'.

Dari hotel, saya belok ke kiri dan menyusuri jalan lebar perlahan-lahan. Di kanan kiri jalanan hampir semuanya merupakan hotel, homestay, bahkan di gang-gang kecil juga tergantung reklame homestay. Dan hampir semuanya tergantung tulisan 'kamar penuh'. Ternyata memang lagi tanggal merah, jadi turis berdatangan.

Sarapan di Malioboro
Sebenarnya saya mencari sarapan, dan sampai di ujung jalan saya sudah tiba di Malioboro, kawasan wisata. Jalan Malioboro di pagi hari masih sepi. Hanya beberapa becak dayung dan andong (kendaraan yang ditarik kuda) yang beroperasi di Malioboro. Beberapa wisatawan, bahkan backpacker terlihat di Malioboro, mungkin baru sampai di Jogja pagi ini.

Setelah mencari-cari sarapan di Malioboro dan tidak berhasil menemukan sarapan berupa mie. Akhirnya nyerah makan nasi ditambah lauk telur mata sapi, dan ayam opor.

Petunjuk dari mbak di Halte
Selesai makan, saya segera menuju halte Trans Jogja di Malioboro. Trans Jogja buat saya salah satu keberhasilan kota Yogya. Sampai di dalam langsung beli tiket hanya 3000 rupiah, bebas transit sampai manapun. Cara ke Borobudur tinggal tanya mbak/mas penjaga halte dan langsung dikasih kertas ditulisi bus no. berapa sampai dimana. Hanya tiga kali ganti bus.

Bus pertama, agak cepat sampai halte berikutnya. Turun, kemudian tunggu trans Jogja berikutnya. Kebetulan, ketemu pasangan yang juga hendak ke Borobudur. Mereka pegang peta, jadi saya bertanya dari mana dapat petanya. Ternyata di dekat Halte Trans Jogja yang kedua di Malioboro, ada rumah Tourist Information. Sepulang dari Malioboro harus kesana, pikirku.

Jombor, terminal terakhir sebelum menuju Borobudur. Awalnya, cukup bingung mencari nama bus yang diberikan oleh mbak di halte tadi. Kemudian ada yang berteriak, "Borobudur, Borobudur!!". Tanpa menunggu saya langsung naik. Busnya berukuran sedang, kondisi tidak bisa dibilang bagus, namun juga tidak buruk. Penumpang penuh, bus baru berjalan.

Dan sambil menunggu inilah yang saya lihat.
-- Tukang koran masuk, membagi-bagi koran dengan menjemurnya di kursi. Sambil berteriak berita utama hari ini. Kalau anda tertarik silahkan ambil koran tersebut dan bayar. Kalau tidak mau beli, biarkan saja koran tersebut, nanti diambil kembali.
-- Penjual kue basah, seperti bakpao, dll.
-- Penjual kacang dan jajanan lainnya.
-- Pengamen. Ini yang paling berkesan. Pengamen disana tidak nyanyi lagu-lagu pop atau yang lagi populer. Tapi pengamen ini nyanyi lagu tentang pagi hari di Jogja. Langsung berasa Jogjanya.

Memang inilah yang saya harapkan dari Jogja, penduduknya, sarana prasarana, budayanya. Dan ini terjadi belum sehari saya di Jogja.

Kemudian bus mulai berjalan. Membawa saya menuju salah satu Keajaiban Dunia, di sini, di Indonesia.



bersambung....

No comments:

Post a Comment